Thoughts #1 — 2019's First Post Dedicated to Solo (Surakarta)
Waktu menunjukkan pukul 06.35 di kota Solo. Sembari mencari tempat yang enak untuk sarapan, aku mencoba menulis sesuatu lagi setelah tiga bulan lebih tidak menulis. Ini adalah tulisan pertamaku di tahun 2019. Sejak tulisan pertama pada bulan September tahun lalu, sebenarnya aku sudah kepikiran untuk menulis ini itu, lanjutan dari tulisan tersebut.
Namun sepertinya alam belum mengijinkanku untuk menuangkannya ke dalam tulisan, dikarenakan satu dua hal yang membuatku terlihat sibuk padahal kenyataannya tidak (re: kehectican proposal skripsi & revisi - repeat - seminar proposal, asisten praktikum, beberapa proker HMJ yang belum kunjung usai, keasyikan ikut les Bahasa Inggris, persiapan penelitian hingga akhirnya penelitiannya jalan *itu bukan satu dua hal lagi ya, hehe banyak hal deh*).
Mungkin tulisan ini akan sedikit ngalor ngidul gak jelas, jadi mohon dimaklumi ya, netijen. Oh ya, mau cerita dikit, tadi aku dan pakde akhirnya sarapan gudeg, setelah muter-muter selama kurang lebih 1 jam, gimana engga, muter-muternya sampe Colomadu juga *lol*. Jadi, niatnya mau diajak makan sate kambing, tapi belum ada yang buka, mungkin karena masih terlalu pagi *yaiyalah xD*.
Dan selama di jalan, ada sesuatu yang bikin aku terkesan. Suasana keramaian kota Solo pagi hari. Aku jatuh cinta dengan suasananya, entah kenapa. Kota ini tak seramai Jogja, atau kota besar lainnya. Masih terbilang cukup sepi, tadi saja hampir tak kutemui yang namanya macet walaupun mungkin kadang tetap ada. Jalanannya cukup rapi dan banyak pepohonan jadi lumayan rindang.
Budaya dan adat Jawa di Solo juga kuat. Orang-orangnya sangat ramah dan aku betah kalau disuruh mendengarkan orang-orang Solo berdialog. Karena menurutku, bahasa Jawanya itu halus dan ini adalah jenis bahasa Jawa yang (menurutku) seharusnya dibahasakan oleh "Orang Jawa". Aku ingin sekali bisa berdialog Jawa kental seperti mereka. Semoga ya, suatu hari nanti.
Untuk ukuran diriku yang merupakan perantau sejak SMA dan sangat menyukai ketenangan, jika dihadapkan pada pilihan di masa depan, aku cenderung akan memilih untuk hidup dan menetap di kota kecil - tak terlalu ramai - namun tak ketinggalan jaman, seperti Solo ini. Aku jadi berkeinginan untuk kerja dan menetap di Solo saja setelah aku lulus S1 nanti.
Bukan berarti aku tidak menyukai kota asalku, Cilacap. Aku cinta Cilacap dan selalu akan cinta, karena disanalah "Rumah" bagiku. Keluarga besar dan seluruh memori masa remaja kuhabiskan disana. Kembali ke topik. Namun di atas segala hal, ada satu yang kuyakini, yakni rejeki dan ajal (dan juga jodoh) itu sudah diatur sama Allah, jadi dimanapun nanti aku dipertemukan dengan rejekiku, akan aku terima.
Namun, lagi-lagi, jika disuruh memilih, kota impianku jatuh pada kota Surakarta ini. Mungkin karena aku mulai terbiasa dengan suasananya dan tanpa sadar merasa nyaman. Bagaimana tidak, selama hampir 1 bulan dan 3 bulan kedepan, setiap dua hari sekali aku harus menginjakkan kaki lagi disini karena urusan penelitian skripsi. Letak lokasi penelitianku sebenarnya bukan persis di kota Solo, melainkan Colomadu, Kab. Karanganyar.
Tapi tetap saja. Colomadu-Solo itu sangat dekat menurutku, bisa ditempuh dalam waktu 10-15 menit saja. Terlebih lagi, jika aku pergi dari Jogja ke Colomadu, satu-satunya transportasi termurah dan ternyaman adalah dengan naik Kereta Prambanan Ekspress Jogja-Solo (a.k.a Prameks) yang mengharuskan aku turun di stasiun yang ada di kota Solo, yakni Stasiun Purwosari atau bisa juga Stasiun Balapan.
Tiap Minggu pagi dan sore, aku harus melakukan pengamatan beberapa parameter pada setiap sampel tanaman penelitian, yang jumlahnya sekitar 108 dari 689 tanaman. Tentu saja ini membutuhkan waktu dan mengharuskan aku untuk bermalam sehari atau dua hari di rumah kerabat yang notabenenya bertempat tinggal di tengah kota Solo, alhamdulillah.
Itulah alasan mengapa aku jadi terbiasa dan mulai nyaman berada di kota Solo ini. Dan menjadi catatan bersejarah juga dalam dunia penelitianku karena ia menjadi saksi bisu perjuangan penelitian pertamaku yang akan terselaikan disini. Semoga penelitian ini lancar hingga aku memakai toga nanti ya, mohon doanya, netijen :)
Jujur, saat ini, tepat saat aku mengetikkan kata demi kata di keyboard ponselku, percayalah aku sedang berada di atas kereta Prameks Solo-Jogja jam 9.10 dan membutuhkan waktu satu jam lebih untuk akhirnya sampai di Jogja, ditambah tadi satu jam menunggu di stasiun Solo Balapan, membuatku jadi sedikit lebih produktif di awal pekan dan tentunya bisa mengetik dengan leluasa.
Sebenarnya urgensiku mengapa memutuskan untuk menulis hari ini, karena tanganku sudah gatal untuk mengetik kembali dan pikiranku yang sedang bercabang ini. Kemarin aku begadang semalaman suntuk, yang sebenarnya tidak produktif menurutku. Kuhabiskan untuk membaca isi blog dari orang-orang yang menjadi inspirasiku, setidaknya begadangku tidak sia-sia dan jadi sedikit bermanfaat.
Setiap habis mendapat suntikan inspirasi dari orang-orang itu, aku jadi termotivasi kembali untuk tetap on the line dalam menemukan jati diri agar impian dan tujuan hidupku tercapai. Setiap kali aku termotivasi, rasanya ingin saja jemari ini menuliskan setiap semangat inspiratif yang mengalir dari mereka untuk selalu aku jadikan reminder (re: pengingat diri).
Aku terus mengingatkan diri ini untuk tetap semangat berjuang meraih mimpi. Lelah sudah pasti, tapi jangan berhenti. Karena kita tidak pernah tahu, di titik mana kita mampu menginspirasi orang lain untuk berjuang juga dalam meraih mimpinya. Seperti yang "mereka" lakukan kepadaku. Semangat itulah yang ingin aku contoh dari "mereka".
Baiklah, sepertinya bahasannya sudah mulai berganti haluan. Sebaiknya kulanjutkan di tulisan selanjutnya saja ya.
Sekian, sampai jumpa! :)
Namun sepertinya alam belum mengijinkanku untuk menuangkannya ke dalam tulisan, dikarenakan satu dua hal yang membuatku terlihat sibuk padahal kenyataannya tidak (re: kehectican proposal skripsi & revisi - repeat - seminar proposal, asisten praktikum, beberapa proker HMJ yang belum kunjung usai, keasyikan ikut les Bahasa Inggris, persiapan penelitian hingga akhirnya penelitiannya jalan *itu bukan satu dua hal lagi ya, hehe banyak hal deh*).
Mungkin tulisan ini akan sedikit ngalor ngidul gak jelas, jadi mohon dimaklumi ya, netijen. Oh ya, mau cerita dikit, tadi aku dan pakde akhirnya sarapan gudeg, setelah muter-muter selama kurang lebih 1 jam, gimana engga, muter-muternya sampe Colomadu juga *lol*. Jadi, niatnya mau diajak makan sate kambing, tapi belum ada yang buka, mungkin karena masih terlalu pagi *yaiyalah xD*.
Dan selama di jalan, ada sesuatu yang bikin aku terkesan. Suasana keramaian kota Solo pagi hari. Aku jatuh cinta dengan suasananya, entah kenapa. Kota ini tak seramai Jogja, atau kota besar lainnya. Masih terbilang cukup sepi, tadi saja hampir tak kutemui yang namanya macet walaupun mungkin kadang tetap ada. Jalanannya cukup rapi dan banyak pepohonan jadi lumayan rindang.
Budaya dan adat Jawa di Solo juga kuat. Orang-orangnya sangat ramah dan aku betah kalau disuruh mendengarkan orang-orang Solo berdialog. Karena menurutku, bahasa Jawanya itu halus dan ini adalah jenis bahasa Jawa yang (menurutku) seharusnya dibahasakan oleh "Orang Jawa". Aku ingin sekali bisa berdialog Jawa kental seperti mereka. Semoga ya, suatu hari nanti.
Untuk ukuran diriku yang merupakan perantau sejak SMA dan sangat menyukai ketenangan, jika dihadapkan pada pilihan di masa depan, aku cenderung akan memilih untuk hidup dan menetap di kota kecil - tak terlalu ramai - namun tak ketinggalan jaman, seperti Solo ini. Aku jadi berkeinginan untuk kerja dan menetap di Solo saja setelah aku lulus S1 nanti.
Bukan berarti aku tidak menyukai kota asalku, Cilacap. Aku cinta Cilacap dan selalu akan cinta, karena disanalah "Rumah" bagiku. Keluarga besar dan seluruh memori masa remaja kuhabiskan disana. Kembali ke topik. Namun di atas segala hal, ada satu yang kuyakini, yakni rejeki dan ajal (dan juga jodoh) itu sudah diatur sama Allah, jadi dimanapun nanti aku dipertemukan dengan rejekiku, akan aku terima.
Namun, lagi-lagi, jika disuruh memilih, kota impianku jatuh pada kota Surakarta ini. Mungkin karena aku mulai terbiasa dengan suasananya dan tanpa sadar merasa nyaman. Bagaimana tidak, selama hampir 1 bulan dan 3 bulan kedepan, setiap dua hari sekali aku harus menginjakkan kaki lagi disini karena urusan penelitian skripsi. Letak lokasi penelitianku sebenarnya bukan persis di kota Solo, melainkan Colomadu, Kab. Karanganyar.
Tapi tetap saja. Colomadu-Solo itu sangat dekat menurutku, bisa ditempuh dalam waktu 10-15 menit saja. Terlebih lagi, jika aku pergi dari Jogja ke Colomadu, satu-satunya transportasi termurah dan ternyaman adalah dengan naik Kereta Prambanan Ekspress Jogja-Solo (a.k.a Prameks) yang mengharuskan aku turun di stasiun yang ada di kota Solo, yakni Stasiun Purwosari atau bisa juga Stasiun Balapan.
Tiap Minggu pagi dan sore, aku harus melakukan pengamatan beberapa parameter pada setiap sampel tanaman penelitian, yang jumlahnya sekitar 108 dari 689 tanaman. Tentu saja ini membutuhkan waktu dan mengharuskan aku untuk bermalam sehari atau dua hari di rumah kerabat yang notabenenya bertempat tinggal di tengah kota Solo, alhamdulillah.
Itulah alasan mengapa aku jadi terbiasa dan mulai nyaman berada di kota Solo ini. Dan menjadi catatan bersejarah juga dalam dunia penelitianku karena ia menjadi saksi bisu perjuangan penelitian pertamaku yang akan terselaikan disini. Semoga penelitian ini lancar hingga aku memakai toga nanti ya, mohon doanya, netijen :)
Jujur, saat ini, tepat saat aku mengetikkan kata demi kata di keyboard ponselku, percayalah aku sedang berada di atas kereta Prameks Solo-Jogja jam 9.10 dan membutuhkan waktu satu jam lebih untuk akhirnya sampai di Jogja, ditambah tadi satu jam menunggu di stasiun Solo Balapan, membuatku jadi sedikit lebih produktif di awal pekan dan tentunya bisa mengetik dengan leluasa.
Sebenarnya urgensiku mengapa memutuskan untuk menulis hari ini, karena tanganku sudah gatal untuk mengetik kembali dan pikiranku yang sedang bercabang ini. Kemarin aku begadang semalaman suntuk, yang sebenarnya tidak produktif menurutku. Kuhabiskan untuk membaca isi blog dari orang-orang yang menjadi inspirasiku, setidaknya begadangku tidak sia-sia dan jadi sedikit bermanfaat.
Setiap habis mendapat suntikan inspirasi dari orang-orang itu, aku jadi termotivasi kembali untuk tetap on the line dalam menemukan jati diri agar impian dan tujuan hidupku tercapai. Setiap kali aku termotivasi, rasanya ingin saja jemari ini menuliskan setiap semangat inspiratif yang mengalir dari mereka untuk selalu aku jadikan reminder (re: pengingat diri).
Aku terus mengingatkan diri ini untuk tetap semangat berjuang meraih mimpi. Lelah sudah pasti, tapi jangan berhenti. Karena kita tidak pernah tahu, di titik mana kita mampu menginspirasi orang lain untuk berjuang juga dalam meraih mimpinya. Seperti yang "mereka" lakukan kepadaku. Semangat itulah yang ingin aku contoh dari "mereka".
Baiklah, sepertinya bahasannya sudah mulai berganti haluan. Sebaiknya kulanjutkan di tulisan selanjutnya saja ya.
Sekian, sampai jumpa! :)
Blog orang-orang yang jadi inspirasi kakak itu siapa kak?
ReplyDeleteMaaf baru balas dek, baru buka blogspot lagi. Terima kasih sudah mampir :)
DeleteAda banyak, salah satunya blog dari kak Dewi Nur Aisyah, aku yakin kamu pasti tau :)